Selasa, 27 Desember 2011

Puisi Akhir Tahun

buah ati kembang soca mustika kula di pawenangan
anu payus di piagul kalayan dipikareueus


diangkir dina wancina
diundang dina mangsana
disaur dina waktuna


wanci nu mustari
waktu nu rahayu
mangsa nu utama



Waktu terus berlalu, lembaran demi lembaran telah dilalui.
Coretan demi coretan telah memenuhi,
kadang tak berarti,
kadang tanpa makna,
atau hanya sedikit makna.
Semoga di tahun ini setiap lembaran memiliki makna,
setiap lembaran bermanfaat.
Selamat tahun baru 2012.
Semoga lebih sukses.

Minum kopi di cangkir
Cangkirnya berwarna putih
HEPI New YEaR
wahai kekasih hati

Makan tomat bareng kangguru
Ada Ikan beku di peti es
SELAMAT TAHUN BARU!
Semoga selalu sukses

Jalan-jalan naik pedati
Menikmati pemandangan nan indah
Tidak terasa tahun kan berganti
Semoga saja tahun nan indah
Sukses selalu di tahun 2012 nanti!

Malam ini ‘kan berlalu,
minggu ini ‘kan beranjak,
bulan ini akan pergi,
tahun ini ‘kan meninggalkan.
Sejarah kehidupan, catatan suka dan duka,
menyongsong tahun baru.
Selamat tahun baru 2012.
Semoga selalu jaya dan sejahtera.

Masa lalu adalah sejarah,
hari ini adalah goresan,
hari esok adalah harapan.
Selamat datang sms tahun baru 2012.
Seiring dengan perginya kenangan, menyambut harapan.
Selamat tinggal kenangan, selamat datang harapan.

Matahari menyelinap dibalik bukit,
sembunyikan kenangan hidup,
menyimpan lembaran usang, menyambut hari-hari muda,
sebentar lagi ‘kan menjelang.
Selamat datang sms tahun baru 2012,
harapan baru dan perubahan.

Rabu, 21 Desember 2011

Piramid Garut bag. 2

Munculnya fenomena "Piramida Garut" pada gunung di Garut, Jawa Barat, membuat Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana melakukan upaya pembuktian.Pembuktian untuk menilai adanya struktur buatan manusia yang membentuk Gunung Putri Garut dilakukan dengan menggunakan peralatan geolistrik Superstring. Peralatan geolistrik digunakan untuk memindai lapisan geologi batuan di dalam bukit dengan mengukur resistivitas.Dalam keterangan tertulis yang diterimaVIVAnews.com, Senin, 19 Desember 2011, Anggota Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Iwan Sumule mengatakan hasil geolistrik dengan jarak elektroda 20 meter dan 10 meter, menunjukan ada horizontal unconformity atau “pemancungan” pada tubuh batuan intrusi (merah) di kedalaman sekitar 120 meter dari puncak. Upaya pembuktian itu menghasilkan, pertama, cabang intrusi yang ke arah kanan yang tampaknya membentuk dasar morfologi terrain yang mempunyai elevasi topografi sama dengan lembah Cirahong. Kemudian, batas 120-an meter itu nampaknya bertepatan dengan dimulainya topografi pendakian lereng yang lebih curam, saat pelapukan batuan tanahnya menjadi merah. Ditambah lagi dengan hasil geolistrik dengan jarak 5 dan 3 meter bentangan Barat Timur dan Utara Selatan memperkuat kesimpulan ada bentukan struktur yang sangat kecil kemungkinannya hasil bentukan alami. Hasil plot kontur 3D data digital topografi resolusi 5 meter IFSAR ini memperkuat hipotesa adanya bentukan anomali dari proses geologi bukit sinder cone yang berada pada suatu batuan dasar intrusi yang terpancung. Kemudian, sumber material galian berasal dari daerah lembah Cirahong yang berada 1-2 kilometer dari puncak gunung Putri. Dibuktikan dengan volume galian dari lembah Cirahong adalah sama dengan volume timbunan gunung Putri. Sementara itu hasil uji karbon C14 menunjukkan usia lapisan tanah top soil purba yang sudah diuji karbon dating C14 di BATAN adalah 6000 tahun sebelum Masehi. Sementara usia lapisan tanah yang lebih keras seperti cadas di bawahnya adalah 7.500 tahun sebelum Masehi. Apabila ada struktur yang berada di bawah lapisan tanah dan cadas usianya akan lebih tua.

Riset patahan aktif di Jawa Barat untuk mempelajari bencana di zaman purba berujung pada penemuan mengejutkan: keganjilan berupa struktur piramida di Gunung Sadahurip, Garut, Jawa Barat. Diperkirakan besar dan usianya melampaui Piramida Giza di Mesir -- yang diyakini sebagai makam Firaun, Dinasti keempat Mesir, Khufu, yang dibangun selama lebih dari 20 tahun pada kurun waktu sekitar tahun 2560 sebelum Masehi. Kini, misteri piramida di Garut, Jawa Barat diharapkan akan segera terkuak. Anggota Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Iwan Sumule mengatakan, sejumlah peneliti dan arkeolog asing telah menawarkan bantuan dalam proses eskavasi.  "Termasuk dari Prancis, Amerika Serikat, dan Belanda menyatakan minat untuk membantu eskavasi," kata dia saat dihubungi VIVAnews, Selasa 29 November 2011.  Dia menambahkan, berdasarkan hasil survei, didukung sejumlah data, termasuk hasil foto IFSAR -- lima meter di atas permukaan tanah, nyata ditemukan adanya struktur piramida yang adalah buatan manusia. "Semua aspek sudah diteliti, termasuk carbon dating. Di Gunung Sadahurip itu menunjukkan umur batuan 10.000 tahun lebih. Artinya kalau Piramida Giza di Mesir berusia sekitar 3.000 tahun sebelum masehi, kita (Garut) 10.000 tahun," tambah dia. "Hasil tes karbon tak bisa ditipu."


Besarnya pun melampaui piramida di Mesir. Menurut Iwan, tinggi piramida Garut diperkirakan 200 meter. "Makanya kami perkirakan, lebih tinggi dan lebih tua tiga kali lipat dari Piramida Giza di Mesir."  Peradaban mana yang sedemikian maju dan bisa membangun piramida sebesar itu? "Kami eskavasi dulu, baru bisa mengetahui lebih lanjut. Ini akan menguak, peradaban masa lalu yang mengagumkan bisa berasal dari bumi nusantara," tambah Iwan.  Ditanya soal agenda eskavasi, Iwan menjelaskan, pihaknya kini sedang berkoordinasi dengan semua pihak terkait. "Ketika semua sudah siap, baru akan melakukan eskavasi. Ini tidak gampang, tidak seperti cangkul-mencangkul tanah. Ini sangat berharga, berumur ribuan tahun," kata dia. Semua aspek, dia menambahkan, perlu dibicarakan dengan semua instansi terkait -- memberikan pemahaman, bahwa di tempat tersebut ditemukan piramida. "Untuk tahap awal melalui kepala desa, mereka menerima, mudah-mudahan saat eskavasi jalan, sudah terbuka semua," kata dia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga sudah diberi tahu soal temuan ini.  Keberadaan piramida tersebut, Iwan menambahkan, dapat memberikan efek positif bagi masyarakat Garut dan sekitarnya, khususnya aspek ekonomi dan sosial. "Kami gembira tim peneliti mancanegara berniat langsung datang," kata Iwan. "Ini akan membalikkan semua pandangan orang terhadap dunia prasejarah."  Sebelumnya, Tim Katastropik Purba juga mengatakan, bangunan diduga piramida bukan hanya di dalam Gunung Sadahurip. Juga ditemukan di tiga gunung lain di Garut. "Hasil survei di Gunung Putri, Gunung Kaledong dan Gunung Haruman sudah bisa diambil kesimpulan  bahwa ada "man made" yang diduga kuat piramida," ujar Tim.

Sabtu, 10 Desember 2011

Rahasiah Candi Cetho, Sukuh dan Panataran

Misteri Candi Cetho maupun Sukuh berbentuk piramida terpenggal. Kedua pun sama-sama berada di lereng Gunung Lawu dalam jarak yang tidak terlalu jauh. Sejumlah arkeolog Indonesia mengatakan bahwa Candi Cetho dan Sukuh dibuat pada akhir Jaman Majapahit di abad ke-15 M. Jika benar demikian, keduanya tergolong masih muda dalam kacamata sejarah. Selain bentuknya yang tidak lazim seperti candi-candi Hindu lainnya yang ada di Nusantara maupun di seluruh dunia, Cetho dan Sukuh juga menyimpan simbolisme yang aneh yang sangat berbeda dengan candi-candi Hindu lainnya. Keanehan inilah yang menarik perhatian dari Yayasan Turangga Seta, sebuah komunitas penyuka sejarah kebesaran Nusantara, sehingga mereka membuat daftar beberapa kejanggalan yang terdapat di Candi Cetho, Sukuh, dan juga Penataran ini. Menurut catatan mereka terhadap Cetho dan Sukuh antara lain:
Pertama, bebatuan asal candi. Baik Cetho maupun Sukuh terbuat dari batuan kali yang dipahat dan disusun menjadi satu. Padahal, candi-candi pada era Majapahit, biasanya terbuat dari susunan batu bata karena di zaman Majapahit sudah dikenal luas produksi pembuatan batu bata dari tanah liat. Kedua, berbagai relief yang terdapat pada Candi Cetho dan Sukuh, tingkat presisi dan kerapian pemahatannya masih sangat sederhana seolah di kala itu belum ditemukan alat-alat pahat yang lebih ‘modern’ dan belum ada tukang pahat yang terampil, belum ditemukan teknik pahat yang lebih maju. Hal ini sangat berbeda dengan relief-relief di era Majapahit yang lebih detil dan rumit.Ketiga, bentuk beberapa patung yang tidak menggambarkan sosok orang Jawa yang ada pada masa itu, namun patung tersebut justru lebih menyerupai sosok orang Sumeria. Memang, tidak semua patung seperti ini karena ada banyak pula patung yang sosoknya mewakili orang Jawa pada masa itu. Walau bagaimana pun, tetap saja pertanyaan mengapa ada patung-patung mirip orang Sumeria di tempat ini mengemuka
Selain itu, pahatan wajah, bentuk mata, potongan rambut, pakaian, serta perhiasan pada patung-patung di sini juga ada yang tidak mencerminkan model orang Jawa, melainkan bangsa Sumeria, Viking, Mayan, Romawi (Rum), dan Yunani. Kita mengetahui jika sampai sekarang, para sejarawan mengklaim jika peradaban Sumeria merupakan peradaban tertua yang pernah ditemukan di bumi. Ada pula patung ‘orang Sumeria’ yang digambarkan dengan wajah memelas atau ketakutan dengan posisi badan seperti orang yang menyerah atau takluk?
Salah satu contoh, patung ini telinganya tidak menggunakan sumping seperti orang Jawa kebanyakan, namun menggunakan anting-anting. Pada lengan tangan, orang Jawa biasanya menggunakan kelat bahu seperti yang sekarang masih tersimpan di Museum Gajah Jakarta, namun pada patung ini tidak. Pergelangan tangan orang Jawa biasanya juga memakai gelang jenis keroncong, tetapi pada patung ini malah terlihat menggunakan gelang yang sangat mirip dengan jam tangan atau arloji. Asal tahu saja, gelang sejenis ini merupakan gelang ciri khas orang-orang Sumeria. Cobalah mengamati kedua gambar di bawah ini untuk bisa mengetahui di mana persamaannya.
Sudah menjadi tradisi orang Sumeria jika perhiasan berupa gelang yang menyerupai jam tangan hanya digunakan oleh mereka yang berasal dari kalangan bangsawan dan ksatria. Begitu juga dengan bentuk mahkota rambut dan jenggotnya. Pertanyaannya, mengapa ada patung mirip orang Sumeria yang menurut literatur telah ada pada zaman 3.000-4.000 tahun sebelum Masehi di Candi Cetho? Jika mereka dianggap manusia pertama yang beradab, maka mengapa mereka dibuat seperti orang takluk di lereng Gunung Lawu ini? Benarkah Cetho dan Sukuh dibangun pada abad ke-15 Masehi atau malah usianya jauh lebih tua lagi? Apakah nenek moyang kita dahulu kala pernah bergaul dengan orang Sumeria dalam satu waktu, yang berarti ribuan tahun sebelum masehi? Tak jauh dari Candi Cetho, terdapat Candi Sukuh. Keduanya sama-sama berdiri di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian 1.186 meter diatas permukaan laut. Candi ini berada di Dusun Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dalam penulisan banyak artikel, Sukuh lebih terkenal dibandingkan Cetho. Namun sering pula selalu digandengkan. Kepopuleran Sukuh disebabkan bentuknya yang unik, mirip dengan bangunan-bangunan piramida yang ada di Mesir, Chichen Itza, dan Tenochticlan di Mexico, serta Copan di Honduras, hanya saja ukurannya lebih kecil.
Garuda Atau Horus di Sukuh?
Selain bentuknya, salah satu yang menarik di Sukuh adalah patung berbadan manusia namun memiliki sayap. DI depan, patung ini kepalanya hilang, namun di belakang candi terdapat beberapa patung dengan sosok yang sama namun kepalanya masih ada dan berbentuk kepala burung. Para arkeolog menganggap ini sebagai penjelmaan dari Burung Garuda atau Jatayu. Namun boleh saja mereka menganggapnya demikian, namun dunia lebih mengenal simbol manusia bersayap dengan kepala burung sebagai Horus, “The Famous Bird-head Haggadah”, yang berasal dari bangsa Yahudi.
Piramida Sebagai Bangunan Pengumpul Energi
Coba berhenti sejenak dan kita mulai memikirkan mengapa di berbagai belahan dunia sejak zaman dahulu kala sampai hari ini masih saja ada sejumlah bangunan berbentuk piramida yang terus-menerus didirikan? Ada berbagai gambar dan simbol piramida yang terus-menerus disosialisasikan? Apakah ini hanya kebetulan? Dahulu, para Firaun Mesir membangun piramida sebagai cungkup makamnya, sebuah cungkup yang amat sangat besar. Bangsa Maya juga membangun piramida sebagai bangunan untuk bisa berkomunikasi dengan Yang Tertinggi. Dan ternyata di lereng Gunung Lawu, juga terdapat bangunan sejenis. Di masa modern, piramida kaca dibangun di depan Louvre Paris, di Washington, juga ada di banyak bangunan di dunia, termasuk di Jakarta. Belum lagi sosialisasi piramida, baik piramida utuh maupun sebagai simbol dan gambar. Bahkan sebuah bank swasta nasional besar di Indonesia pernah memajang gambar Piramida Illuminaty sebagai ikon promosinya.
Candi Sukuh
CANDI SUKUH


Tidak seperti Candi Khajuraho di India yang sudah mendunia, Candi Sukuh memang belum banyak diketahui orang. Jangankan Anda, orang Jogja saja masih banyak yang tidak mengetahui keberadaan candi ini. Mungkin karena letaknya yang terpencil di lereng Gunung Lawu pada ketinggian lebih dari seribu meter dpl. Dari Terminal Tirtonadi Solo, Anda bisa naik bis umum jurusan Solo-Tawangmangu dan turun di Karang Pandan, dilanjutkan dengan minibus jurusan Kemuning dan disambung dengan ojek hingga ke kawasan candi. Bila membawa kendaraan sendiri, disarankan untuk memakai mobil diesel bertenaga 2000 cc atau lebih untuk memudahkan perjalanan melewati beberapa tanjakan curam. Kompleks candi tidak begitu luas. Menempati sebidang tanah berundak, gapura utama Sukuh tidak berada tepat ditengah melainkan di sebelah kanan depan. Sisi kanan dan kiri dihiasi dengan beberapa relief. Sebuah tangga batu yang cukup tinggi membawa YogYES ke lorong gapura yang ternyata dihalangi dengan rantai. Untuk naik ke teras kedua, YogYES harus turun lagi dan berjalan memutar lewat sebelah kanan. Dari teras kedua barulah nampak dengan jelas bentuk relief di sisi gapura ini. Salah satunya adalah gambar seekor burung garuda yang kaki-kakinya mencengkeram seekor naga. Yang mengherankankan adalah adanya relief beberapa sosok manusia dalam keadaan polos, tanpa busana sama sekali! Sesuatu yang cukup mencengangkan jika mengingat budaya timur yang sangat kental dengan norma susila di Indonesia. Ditambah lagi bila mengingat bahwa ini adalah candi, sebuah bangunan yang identik sebagai tempat persembahyangan dan pemujaan dewa. Melongok ke lorong gapura, sesaji bunga dan dupa berada di lantai, dekat sebuah relief lingga dan yoni dalam sebentuk lingkaran rantai. Mendekat ke candi utama di teras ketiga, berdiri sebuah panggung batu setinggi pinggang orang dewasa di sebelah kirinya. Terdapat menara batu di bagian depan panggung, lagi-lagi berhiaskan relief-relief erotis dari sosok-sosok tanpa busana. Satu sisi menara bergambarkan relief berbentuk tapal kuda dengan dua sosok manusia di dalamnya. Oleh kebanyakan orang, relief ini dipercaya menggambarkan rahim seorang wanita dengan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajikan. Sebuah candi perwara berdiri di depan candi utama. Memutar ke arah kanan, berdiri sosok patung (arca Gupala) tanpa kepala. Gupala ini memegang "tombaknya" yang terlalu besar dibanding ukuran tubuhnya, tidak proporsional.
Misteri Piramid Yang Terpotong
CANDI SUKUH
Wah Satu lagi yang menarik dari Candi Sukuh adalah arsitekturnya yang berbeda. Jika candi-candi lain dibangun dengan bentuk yang menyimbolkan GunungMeru, maka Candi Sukuh memiliki tampilan yang sangat sederhana dengan bentuk trapesium. Dibangun pada abad XV, beberapa saat sebelum runtuhnya Kerajaan Majapahit, candi ini lebih menyerupai piramida suku bangsa Maya dari Amerika Tengah. Mungkinkah dua suku bangsa berbeda dari dua benua yang berbeda bisa membuat bangunan dengan arsitektur dan desain yang nyaris serupa? Ataukah memang ada pengaruh dari suku Maya dalam pembangunan Candi Sukuh pada masa pemerintahan Raja Brawijaya ini?
CANDI SUKUH
Berbagai teori dan dugaan pun bermunculan. Salah satunya menyebutkan bahwa candi ini dibangun pada masa-masa ketika kejayaan Hindu mulai memudar. Sebagai akibatnya, pembangunan Candi Sukuh dibuat dengan konsep kembali ke budaya Megalitikum pra sejarah. Teori lain menyebutkan bahwa bentuk candi ini merupakan bagian dari cerita pencarian tirta amerta (air kehidupan) yang terdapat dalam kitab Adiparwa, yaitu kitab pertamaMahabharata. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang puncaknya dipotong dan dipergunakan untuk mengaduk-aduk lautan mencari tirta amerta yang bisa memberikan kehidupan abadi bagi siapapun yang meminumnya. Berbagai misteri dan pertanyaan memang masih menyelimuti Candi Sukuh. Tak hanya sekedar berjalan-jalan di lereng gunung yang sejuk sambil menikmati arsitektur kuno dari candi terakhir yang dibangun di Pulau Jawa. Berkeliling mencari jejak cerita dan potongan bukti untuk menguak misteri sejarah masa lalu akan menjadi salah satu pengalaman wisata yang menantang dan mengasyikkan.

Candi Penataran
Candi Penataran di terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, tepatnya di Desa Penataran,Kecamatan Nglegok, Blitar, Jawa Timur; pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut.Di areal candi ini terdapat banyak relief yang meyimpan misteri bagi yang jeli mencermatinya. Sangat banyak relief yang menunjukkan bangsa asing yang pernah kita kenal. Sosok-sosok tersebut selalu digambarkan sebagai sosok yang seolah-olah takluk kepada yang berkuasa di Candi Penataran.Sayang sebagian relief sudah rusak, namun untungnya beberapa bagian masih dapat dikenali. Beberapa relief di Candi Penataran yang menunjukkan bangsa asing yang pernah kita kenali : Pada relief ini terlihat ada tiga orang di belakang orang yang sedang duduk, dan di depannya ada dua orang yang sedang menyembah. Kalau diperhatikan dengan jeli, orang yang paling kiri seperti orang yang berpakaian dari suku bangsa Han [China], lalu di depannya mirip orang yang tergambar di Angkor Vat [Bangsa Campa], dan di depannya lagi mirip orang dari Maya, Inca atau Copan yang berasal dari Amerika Latin. Sedangkan salah satu yang berjongkok di depan [paling kanan] terlihat orang yang bertutup kepala seperti orang Yahudi. Dari gambar ini bisa diperkirakan yang disembah adalah yang duduk dan tiga orang yang berdiri di belakang yang duduk adalah pengawalnya.
Dari gambar di bawah,terlihat ada 2 relief yang seperti menggunakan peci. Pakaian seperti ini bisa kita temui di daerah Turki, India sampai dengan Pakistan.
Pada relief di bawah terlihat ada tiga orang yang bukan berpakaian ala kerajaan kita, posis mereka menyembah dan duduk di bawah, sepintas dari cara berpakaiannya mirip orang Mesir.

Siapakah mereka dan sedang apa di sana ?
Setelah dicermati dengan lebih jeli, relief tersebut diperkirakan adalah gambaran dari tiga orang wanita. Perkiraan tentang mereka adalah karena wanita dalam relief tersebut tidak berjanggut.Kalau dianggap wanita Jepang ataupun Korea ada ketidaksamaan yang terletak di model tutup rambut dan apabila dikatakan mirip sorban dari India, maka biasanya yang menggunakan adalah laki-laki yang selalu digambarkan berjenggot.
Dari ketiga gambar di atas hampir mirip dengan relief-relief yang ada di candi Penataran. Jadi dapat diperkirakan yang ada di relief itu adalah sosok wanita Mesir.
Pada gambar di bawah terlihat relief seorang putri yang sedang disembah atau mungkin sedang dilayani. Di latar belakang sosok putri tersebut terdapat raut wajah yang agak rusak namun dari tutup kepalanya seperti tutup kepala orang Romawi. Ada yang mengira itu adalah pohon palem, namun tidak ada pohon palem yang bentuknya melengkung seperti itu. Juga bukan merupakan ornament atau hiasan karena tidak ada ornamen pendukung yang dapat mendefinisikan itu apa.
Namun bila diperhatikan seperti seorang prajurit Romawi yang sedang mengawal seorang putri dengan rambutnya yang agak bergelombang yang merupakan ciri khas dari putri-putri di Romawi.
Beberapa model rambut Romawi yang dapat kita temukan di relief di candi Penataran,terutama di urutan ke-3 dari kiri.
Pada relief-relief yang berada di tingkat dua bangunan Sitihinggil yang ada di Candi Penataran sangat jelas menunjukkan penaklukan suatu bangsa yang mirip dengan bangsa Indian

Leluhur Nusantara berhasil mengambil alih salah satu kereta berkuda dan memanah ke arah lawan.
Penambahan pasukan Indian untuk menyerang leluhur Nusantara
Kelihatan bala bantuan Indian terburu-buru dan berlari menuju ke medan perang
Pasukan Indian yang mempunyai kekuatan pasukan gajah di sinilah letak ukuran tahunnya
Terlihat di relief bahwa daerah yang dikuasai adalah daerah yangada pohon kaktusnya. Padahal kaktus diketahui berasal dari benua Amerika. Dengan bukti relief gajah dan kaktus,maka dapat diperkirakan bahwa bangsa yang ditaklukkan leluhur kita adalah bangsa Mayadari Kerajaan Copan yang sekarang terletak di negara Honduras.
Relief dan gambar Gajah di atas terdapat di daerah Copan - Honduras yang sejenis dengan yang digambarkan leluhur kita di Candi Penataran; menurut para ahli di Amerika, gajah sudah punah 6500 tahun yang lalu.
Pertanyaannya adalah :
“ Apakah leluhur kita sudah punya peradaban di 6500 tahun yang lalu ? “
Relief ini adalah sosok prajurit dari  benua Amerika yang terdapat di Candi Penataran.
Gambar sosok prajurit bangsa Maya dari Kerajaan Copan yang sekarang terletak di Honduras.
Pada satu sisi di bagian bawah dari Sitihinggil di Candi Penataran terdapat relief raksasa [buto] yang kesamaannya ada pada patung-patung dan topeng Rangda di Bali.
Kesamaan bentuk dan wajah terdapat pula pada patung relief raksasa yang ditemukan di Mexico City, di mana disebutkan oleh para arkeolog bahwa sosok itu merupakan raja Aztec.
Pada relief ini kita juga dapat melihat ada sosok yang bertutup kepala tapi tidak menunjukkan berasal dari Indonesia.




Pada jaman berdirinya Candi Penataran dapat disimpulkan bahwa telah ada tiga jenis spesies yang sudah mempunyai peradaban, yaitu : bangsa manusia,bangsa raksasa, dan bangsa manusia kera yang berdiri tegak.
Dalam tata cara kematian, manusia pada jaman dahulu kalau meninggal akan diperabukan,sehingga fosilnya tidak akan ditemukan. Cara perabuan berbeda-beda ritualnya di berbagai wilayah, dan saat ini ragam cara perabuan masih dapat kita temukan di banyak tempat di berbagai belahan Bumi. Jadi dapat diperkirakan; fosil manusia kera yang berdiri tegak bukanlah bangsa manusia, begitu juga fosil seperti manusia yang bertaring dan bertubuh tinggi juga bukan merupakan ras yang menurunkan manusia di masa sekarang. Pembuktian awal dari misteri yang ada di Candi Cetho, Candi Sukuh dan Candi Penataran ini sejalan dengan indikasi-indikasi yang dinyatakan olehProfesor Arysio Nunes dos Santos dari Brazilia yang menyatakan bahwaAtlantis itu benar-benar ada, dan berada di Indonesia.

Profesor Arysio Nunes dos Santos, seorang geolog dan fisikawan nuklir menghabiskan waktu selama 30 tahun untuk membuktikan dari catatan Plato tentang keberadaan peradaban Atlantis,semua hasil penelitian mengarah ke Indonesia, sebagai anak bangsa hanya akan tinggal diamkah kita menyikapi hasil penelitian kelas dunia tersebut ? apalagi bukti-bukti secara empiris yang secara paralel mendukung hasil penelitian tersebut dapat dilihat langsung di Candi Cetho, Candi Sukuh dan Candi Penataran.

Sumber : Yayasan Turangga Seta

Piramid Garut

Di Indonesia ada piramida ? Ya, letaknya di Gunung Sadahurip, Desa Sukahurip, Kec. Pangatikan , Kabupaten Garut, Jawa Barat. Piramida merupakan struktur bangunan limas dengan beberapa sisi, banyak terdapat di Mesir dan di Semenanjung Yucatan, bagian utara Meksiko  yang menjadi pusat peradaban bangsa Maya. Fungsi piramida antara lain sebagi tempat pemujaan, makam penguasa dan lumbung pangan. Selain di kedua lokasi tersebut, piramida juga dikabarkan terdapat di Cina (Provinsi Xaanshi), bahkan di Segitiga Bermuda .Adapun keberadaan Piramida di Garut, terungkap ketika Tim Katastropik Purba menemukan fakta, bahwa bangunan berbentuk limas yang terpendam sampai kedalaman lima meter di Gunung Sadahurip, merupakan sebuah piramida yang umurnya lebih tua dari piramida Giza di Mesir. Piramida Giza yang tepatnya berlokasi di Nekropolis merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia, diduga pembangunannya berlangsung selama 20 tahun dan dapat dirampungkan tahun 2560 sebelum masehi (SM). Ternyata menurut hasil penelitian secara intensif dan uji karbon, dapat dipastikan piramida Garut lebih tua dibanding piramida Giza. Uji karbon sendiri sebenarnya mulai diterapkan sekitar  tahun 1940-an, terutama ketika waktu paruh radiokarbon dapat diketahui, yaitu 5.568 tahun. Oleh sebab itu semua benda  yang mengandung unsur radiokarbon dapat dilacak umurnya. Namun benda yang  lebih tua dari 70.000 tahun, tidak dapat dilacak, karena unsur radiokarbonnya sudah habis meluruh. Pernyataan mengenai kepastian adanya Piramida di Garut disampaikan oleh  Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Menurutnya, dari beberapa gunung yang di dalamnya ada bangunan menyerupai piramid, setelah diteliti secara intensif dan uji carbon dating, dipastikan umurnya lebih tua dari Piramida Giza. (dalam Vivanews.com). Sebelumnya, Tim Bencana Katastropik Purba (beranggotakan ahli-ahli kebumian dari lembaga-lembaga riset dan perguruan tinggi di Indonesia) yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana akan mengusulkan kepada Presiden, supaya  obyek riset  yang meliputi Gunung Kaledong, Gunung Putri (Gunung Sadahurip, lokasi di mana piramida ditemukan), dan Gunung Haruman (semuanya di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat), dijadikan cagar budaya. Hal itu setelah melalui metoda ilmu kebumian, meneliti sumber-sumber bencana alam dan melacak informasi dari masa lalu yang berkaitan dengan kejadian bencana alam katastropik. Menurut Koordinator Tim Bencana Katastropik Purba, Erick Ridzky, dalamDetiknews.com, bahwa penelusuran yang dilakukan berdasarkan kajian morfologi dan geologi detil, dengan memanfaatkan peta-peta GIS Digital Elevation Map (DEM) dan citra satelit beresolusi tinggi. Langkah-langkah pengembangan metoda tomografi dan pencitraan struktur bawah permukaan dengan mempergunakan peralatan geofisika terkini. Termasuk metoda geolistrik, georadar, elekromagnetik, dan magneto-graviometer, telah memetakan struktur anomali dari obyek penelitian ketiga gunung tersebut. Pemeriksaan materi dan analisis radiometric dating atau penentuan umur batuan(lapisan) juga telah dilakukan. Erick mengungkapkan, pada akhirnya, yang terpenting bahwa usulan cagar budaya ini merupakan bagian dari pengkayaan budaya bangsa. Rekomendasi ini akan segera disampaikan kepada Presiden, Menteri Terkait dan Dirjen Kepurbakalaan. Secara konstitusi, ditetapkannya ketiga gunung menjadi cagar budaya juga penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan,dan kebudayaan Indonesia. Beragam riset kebumian, dengan memadukan kajian geologi, arkeologi, antropologi, dan beragam ilmu pendukung lainnya, makin mengungkapkan ketinggian budaya di jalur-jalur patahan gempa bumi dan gunung api di sepanjang Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa timur, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan sampai Papua. Temuan Piramida di Garut mengungkapkan adanya peradaban tingkat tinggi di tanah Pasundan itu pada sekitar 4600 tahun yang lalu. Angka tersebut diperoleh dari fakta penelitian, bahwa piramida di Garut lebih tua dibanding piramida Giza di mesir yang selesai pembangunannya tahun 2560 SM. Sebagaimana diketahui, untuk membangun sebuah piramida diperlukan teknologi konstruksi, teknologi bahan (material), serta kemampuan manusia baik secara kualitas maupun kuantitas. Untuk menyelesaikan sebuah piramida diduga memerlukan waktu 20 tahun, dengan melibatkan sekitar sepuluh ribu orang. Sebagaimana lokasi piramida di Mesir atau Meksiko, biasanya diwarnai dengan berbagai mitos dan legenda. Begitu pula  lokasi pramida Gunung Sadahurip, oleh warga setempat dianggap keramat, meskipun di sekitar lokasi banyak dijadikan lahan budidaya tanaman palawija dan sayuran. Para peneliti dari dalam dan luar negeri, serta masyarakat atau wisatawan makin banyak yang mengunjungi lokasi tersebut. Letak Gunung Sadahurip di sebelah timur Kampung Cicapar, Desa Sukahurip Kecamatan Pangatikan, sedangkan sebelah barat Kampung Sindanggalih, Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Garut (Peta Lokasi). Keberadaan piramida yang masih terpendam tersebut diyakini akan mendongkrak sektor pariwisata Kabupaten Garut khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Apalagi setelah dilakukan penggalian material dan rekonstruksi bangunan, maka para wisatawan manca negara pun akan membanjiri lokasi ini. Dengan sendirinya berbagai infrastruktur penunjang seperti bandara, jalan, hotel dan restoran harus disiapkan. Keberadaan piramida di Garut menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia termasuk cikal bakal peradaban dunia. Adanya patahan gempa bumi dan erupsi gunung berapi dalam periode tertentu, antara lain berdampak pada kerusakan dan tertimbunnya pusat peradaban dunia tersebut di perut bumi.  Nah, inilah salah satu hal yang dilakukan Tim Bencana Katastropik Purba, menelusuri kejayaan budaya masa lampau. 


Sumber:

Antaranews.com

Vivanews.com
Inilah.com